Metronusa News, Jakarta | Bencana hidrometeorologi yang melanda beberapa provinsi di Sumatera mengakibatkan kerusakan parah pada infrastruktur. Wakil Menteri PUPR Diana Kusumastuti melaporkan bahwa empat jembatan di Aceh terputus. Di Sibolga dan Tapanuli Tengah, terdapat 20 titik longsor yang belum sepenuhnya terpetakan. Alat berat telah dikerahkan untuk membuka akses dan membersihkan material longsoran.
Kementerian Kesehatan memastikan layanan medis tetap berjalan dengan mengirimkan tenaga kesehatan cadangan serta dukungan agar aktivitas pembelajaran bisa segera dimulai kembali setelah kondisi dinilai aman. Kementerian Dalam Negeri memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menggunakan Belanja Tidak Terduga (BTT) dan melakukan pergeseran anggaran guna mempercepat penanganan darurat.
Kepala Basarnas Muhammad Syafii melaporkan delapan operasi SAR sedang berlangsung di tiga provinsi terdampak, dengan prioritas penyelamatan warga terisolasi dan pencarian korban menggunakan metode manual maupun teknologi pendukung. BMKG menyatakan Siklon Tropis Senyar menjadi pemicu utama bencana; setelah masuk daratan Sumatera, siklon sempat berputar di wilayah Aceh Timur hingga Aceh Tamiang sebelum melemah. BMKG memprediksi cuaca akan membaik, namun memperingatkan potensi aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) yang bisa meningkatkan risiko cuaca ekstrem, terutama di Mandailing Natal dan Sumatera Barat.
Menko PMK Pratikno menegaskan seluruh daerah terdampak telah menetapkan status darurat bencana sebagai dasar percepatan pengerahan sumber daya oleh pemerintah pusat, termasuk bantuan logistik, kesehatan, sarana transportasi, dan operasi penyelamatan. “Pemerintah memastikan dukungan penuh agar penanganan darurat berjalan optimal dan masyarakat terdampak segera mendapatkan bantuan yang dibutuhkan,” tegas Pratikno.












